Pembelajaran
santri dengan metode Amtsilati di wilayah Zaid bin Tsabit
Pembelajaran yakni suatu proses yang dilakukan peserta didik yang aktif dalam mengembangkan potensi diri, baik
secara keagamaan , umum, maupun spiritual. Pembelajaran ini
dilakukan oleh suatu lembaga untuk mengembangkan potensi mereka dalam bidang
masing-masing. Sedangkan mengenai judul yang saya buat disini mengandung suatu
pembelajaran atau cara belajar yang unik.
Pembelajaran santri dengan metode Amtsilati ini, saya definisikan
suatu proses pembelajan untuk menggali potensi santri untuk memahami Al Qur’an
dan mengkaji kitab kuning. Metode ini pada umumnya di cetuskan oleh pengasuh PP
Darul Falah yakni KH Taufiqul Hakim tepatnya di jepara, jawa tengah. Metode Amtsilati
yang ada di darul falah ini sangat menonjol dalam pendidikan, dikarenakan
metode ini sangat cepat dan mudah difahami oleh kalangan umum khususnya santri.
Metode ini ditempuh dalam waktu singkat yakni sekitar 3-6 bulan dan dilanjutkan
ke program pasca Amtsilati yang maksimal di tempuh 5 tahun, dari sinilah
lulusan Darul Falah hijrah ke Nurul Jadid dan diterapkan di wilayah Zaid bin
Tsabit
Di wilayah Zaid bin Tsabit sendiri
metode Amtsilati ini diempuh dalam waktu 1 tahun, dikarenakan santri wilayah Zaid
bin Tsabit bukan hanya fokus dalam mengkaji ilmu nahwu saja tetapi juga
mengkaji ilmu umum dan lainnya, jadi metode Amtsilati yang ada di wilayah Zaid
bin Tsabit dipelajari dengan perlahan agar mereka faham dan mengerti, tetapi
terkadang dari peserta yang semangatnya tinggi untuk mengkaji Amtsilati bisa
dengat cepat dan menyelesaikannya dalam waktu 6 bulan, disisi lain juga ada
yang 3 tahun masih belum selesai dikarenakan semangatnya kurang ataupun ada
sebab yang lain yang membuat ghiroh mereka berkurang.
Di metode Amtsilati peserta didik
harus menghafalkan Qoidah, Khulasoh, Shorfiah, Tatimmah, dan juga harus
memahami materi dari jilid 1 sampai jilid 5. Di materi jilid 1 asatid harus
menjelasakan dengan sangat detail dan rinci karena mereka yang masih baru
mengenal nahwu, sedikit kesulitan dalam memahami Amtsilati, setelah di jilid 3
mereka mulai praktik membaca kitab dasar yakni kitab Safinatun Najah dimana
mereka dituntut untuk mulai mengaplikasikan materi yang telah diajarkan.
Setelah memasuki jilid 4 semangat mereka mulai menurun dikarenakan banyak
sebab, termasuk penyebabnya salah satunya yakni hafalan yang harus mereka
hafalkan semakin banyak, disinilah mereka di uji untuk lebih semangat lagi
dalam belajar, bukan hanya waktu pembelajaran materi saja mereka belajar,
tetapi di luar pembelajaran mereka juga
harus belajar (diskusi).
Setelah mereka memahami materi dari
jilid 1 sampai jilid 5 selesai, mereka akan lebih di fokuskan untuk penerapan
praktik kitab dengan menggunakan kitab Sullamut Taufiq, dengan begitu mereka
akan lebih menitik beratkan untuk pengamalan materi dari jilid 1 sampai jilid
5, setelah mereka bisa, mereka akan di tes membaca kitab serta memahami isi
kitab. Dalam memahami ini bahwasannya dalam proses pembelajaran ini harus penuh
ketekunan dan kesabaran demi tercapainya potensi yang mereka kembangkan dalam
ilmu nahwu dan memahami ilmu Al Quran.
Adapun kajian-kajian yang dilakukan
dalam pengembangan mereka, yakni diadakan-Nya pengajian ke pemangku, dengan
kajian tafsir, fiqih hadis, nahwu, serta tasawuf. Dari sinilah pendidikan
santri dengan metode Amtsilati yang di terapkan di wilayah Zaid bin Tsabit PP
Nurul Jadid dengan yang di Darul Falah sangatlah berbeda, dikarenakan menurut
penelitian saya dari hasil observasi, wilayah Zaid bin Tsabit ini juga bukan
mengedepankan dalam ilmu nahwu tetapi juga dalam ilmu yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar