Kamis, 06 Desember 2018


Pembelajaran santri dengan metode Amtsilati di wilayah Zaid bin Tsabit
        Pembelajaran yakni suatu proses yang dilakukan peserta didik yang aktif dalam mengembangkan potensi diri, baik secara keagamaan , umum, maupun spiritual. Pembelajaran ini dilakukan oleh suatu lembaga untuk mengembangkan potensi mereka dalam bidang masing-masing. Sedangkan mengenai judul yang saya buat disini mengandung suatu pembelajaran atau cara belajar yang unik.
            Pembelajaran santri dengan metode Amtsilati ini, saya definisikan suatu proses pembelajan untuk menggali potensi santri untuk memahami Al Qur’an dan mengkaji kitab kuning. Metode ini pada umumnya di cetuskan oleh pengasuh PP Darul Falah yakni KH Taufiqul Hakim tepatnya di jepara, jawa tengah. Metode Amtsilati yang ada di darul falah ini sangat menonjol dalam pendidikan, dikarenakan metode ini sangat cepat dan mudah difahami oleh kalangan umum khususnya santri. Metode ini ditempuh dalam waktu singkat yakni sekitar 3-6 bulan dan dilanjutkan ke program pasca Amtsilati yang maksimal di tempuh 5 tahun, dari sinilah lulusan Darul Falah hijrah ke Nurul Jadid dan diterapkan di wilayah Zaid bin Tsabit
            Di wilayah Zaid bin Tsabit sendiri metode Amtsilati ini diempuh dalam waktu 1 tahun, dikarenakan santri wilayah Zaid bin Tsabit bukan hanya fokus dalam mengkaji ilmu nahwu saja tetapi juga mengkaji ilmu umum dan lainnya, jadi metode Amtsilati yang ada di wilayah Zaid bin Tsabit dipelajari dengan perlahan agar mereka faham dan mengerti, tetapi terkadang dari peserta yang semangatnya tinggi untuk mengkaji Amtsilati bisa dengat cepat dan menyelesaikannya dalam waktu 6 bulan, disisi lain juga ada yang 3 tahun masih belum selesai dikarenakan semangatnya kurang ataupun ada sebab yang lain yang membuat ghiroh mereka berkurang.
            Di metode Amtsilati peserta didik harus menghafalkan Qoidah, Khulasoh, Shorfiah, Tatimmah, dan juga harus memahami materi dari jilid 1 sampai jilid 5. Di materi jilid 1 asatid harus menjelasakan dengan sangat detail dan rinci karena mereka yang masih baru mengenal nahwu, sedikit kesulitan dalam memahami Amtsilati, setelah di jilid 3 mereka mulai praktik membaca kitab dasar yakni kitab Safinatun Najah dimana mereka dituntut untuk mulai mengaplikasikan materi yang telah diajarkan. Setelah memasuki jilid 4 semangat mereka mulai menurun dikarenakan banyak sebab, termasuk penyebabnya salah satunya yakni hafalan yang harus mereka hafalkan semakin banyak, disinilah mereka di uji untuk lebih semangat lagi dalam belajar, bukan hanya waktu pembelajaran materi saja mereka belajar, tetapi di luar pembelajaran  mereka juga harus belajar (diskusi).
            Setelah mereka memahami materi dari jilid 1 sampai jilid 5 selesai, mereka akan lebih di fokuskan untuk penerapan praktik kitab dengan menggunakan kitab Sullamut Taufiq, dengan begitu mereka akan lebih menitik beratkan untuk pengamalan materi dari jilid 1 sampai jilid 5, setelah mereka bisa, mereka akan di tes membaca kitab serta memahami isi kitab. Dalam memahami ini bahwasannya dalam proses pembelajaran ini harus penuh ketekunan dan kesabaran demi tercapainya potensi yang mereka kembangkan dalam ilmu nahwu dan memahami ilmu Al Quran.
            Adapun kajian-kajian yang dilakukan dalam pengembangan mereka, yakni diadakan-Nya pengajian ke pemangku, dengan kajian tafsir, fiqih hadis, nahwu, serta tasawuf. Dari sinilah pendidikan santri dengan metode Amtsilati yang di terapkan di wilayah Zaid bin Tsabit PP Nurul Jadid dengan yang di Darul Falah sangatlah berbeda, dikarenakan menurut penelitian saya dari hasil observasi, wilayah Zaid bin Tsabit ini juga bukan mengedepankan dalam ilmu nahwu tetapi juga dalam ilmu yang lain.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar