Kajian Tasawuf
Di suatu pondok
tepatnya di PP Nurul Jadid Wilayah Zaid bin Tsabit diadakanya kegiatan pengajian rutin setiap malam senin kitab Minhajul
Abidin dan Tafsir Jalalain yang di ampu langsung oleh KH Moh Hefni Mahfudz.
Para santri yang mengikuti kajian kitab ini yakni umum bagi yang tidak
mempunyai kegiatan di lembaganya masing masing tetapi yang mengikuti kajian ini
lebih banyak dari lembaga Amtsilati dikarenakan di lembaga Amtsilati menekuni
tentang Kitab. Santri yang mengikuti kajian kitab ini sangat Antusias meskipun ada beberapa santri yang mengantuk,
tetapi hal itu tidak berpengaruh bagi santri, mereka melawan rasa ngantuk
mereka dengan cara mengambil wudhu ketika mereka mulai mengantuk, hal ini yang
sangat membuat kiai bangga dikarenakan walaupun para santri mulai mengantuk mereka langsung ambil wudhu.
Disisi lain kiai
menjelaskannya dengan penuh semangat karena santri juga semangat ketika
mengaji. Kajian yang di jelaskan kiai yakni tentang Tasawuf dimana dalam
penjelasan kiai tidak monoton pada kajian tasawuf tetapi di selingi dengan
cerita dan juga humor, kiai bercerita tentang kaum Dahriah yang tidak percaya
akan Tuhan, kaum dahriah ini selalu berdebat dengan ulama’ Ahlussunnah Wal
jama’ah dan banyak dari kalangan Ahlussunnah Wal jama’ah yang gugur waktu itu
dan tiba dari salah satu ulama’ Ahlussunnah Wal Jama’ah yang diajak adu
berdebat dan kiai tersebut sebelum berdebat yakni istikharoh, dan didalam
mimpinya kiai tersebut bercerita kepada santrinya yang berumur tujuh tahun,
bahwa kiai itu bermimpi ada suatu ladang yang sangat luas dan banyak pepohonan
hijau dan bunga-bunga yang indah kemuadian keluar seekor babi yang memakan
semua pohon itu tinggal satu pohon dan dari pohon yang satu itu muncul harimau
yang memakan babi itu, menurut kiai mimpi itu kurang bagus tetapi santri yang
berumur tujuh tahun itu bahwa mimpi yang dialami kiai itu bagus, menurut
santrinya di kitab Ta’birul Manam (Tafsir Mimpi) bahwa ladang yang luas itu menandakan
Darul Islam (Rumah islam) dan bunga-bunga itu ulama’ Ahlussunnah Wal Jama’ah
kemudian muncul seekor babi yang memakan semua pohon-pohon yakni di tafsirkan ulama’ Dahriah yang
menghancurkan semua ulama Ahlussunnah Wal Jamaah kemudian tinggal satu pohon
yakni di tafsirkan kiai tersebut dan muncul harimau itu yakni santri tersebut.
Akhirnya santri tersebut bilang kepada kiai biarkan saya yang menggantikan
posisi kiai waktu berdebat nanti.
Kesimpulan tersebut
yang bisa kita ambil dari cerita itu yakni kita harus menjadi An Shorullah (Pembela
Agama Allah) dimanapun kita berada baik dalam kondisi apapun.
Laparrr
BalasHapus